inkadrina

Rabu, 24 April 2013

Review: Mursala

Halooooww.

Kemarin adalah pertama kalinya aku nonton bareng Yuly dan kami memutuskan nonton film MURSALA. Kenapa Mursala? Oke. Sebenarnya aku yang kesibukan minta nonton film ini. Aku bujuk-bujuk Yuly supaya nonton film ini hehehe

Hanya ada 2 alasan kenapa aku mau nonton film ini. Alasan pertama dan paling utama adalah: pemeran utamanya RIO DEWANTO. Nonton trailernya aja udah melting sendiri liat Rio Dewanto aaaaaah T__T oke lanjut. Alasan kedua adalah: film ini banyak mengambil lokasi di pulau Sumatera. Film ini mengambil banyak keindahan pemandangan alam dari Tapanuli Tengah, Sumatera.


Sekilas cerita tentang film ini:

Film ini bercerita tentang Anggiat Simbolon (Rio Dewanto), seorang anak kampung yang merantau ke kota Jakarta dari kampungnya di Sorkam, Tapanuli Tengah. Dia menjadi pengacara yang cukup sukses di Ibukota Negara kita dan namanya sedang melambung tinggi karena dia sedang membela suatu kasus ‘Pencurian Sandal Jepit’. Namun, itu semua belum sempurna karena sang ibu menginginkan Anggiat segera menikah.

Di Jakarta Anggiat telah berpacaran dengan wanita batak lain yang dia cintai yaitu Clarita Saragih (Anna Sinaga), seorang presenter televisi. Ketika Anggiat pulang kampung, Anggiat memperkenalkan Clarita kepada keluarganya. Awalnya, keluarga Anggiat menyukai Clarita yang cantik dan kelihatan pintar.

Namun, masalah besar muncul karena marga mereka berdua termasuk dalam larangan adat. Mereka dilarang menikah karena marga Simbolon dan Saragih masih bisa dikatakan adalah saudara, saudara yang sangat dekat. Dan kita tidak boleh menikahi saudara kita sendiri. Mereka boleh menikah dan melanggar adat dengan akibat mereka akan dikeluarkan dari marganya masing-masing dan dianggap bukan keluarga lagi.

Di tengah kebimbangan, Anggiat bertemu kembali dengan Bonatiur Sinaga (Titi Rajo Bintang), pariban yang ternyata teman masa kecilnya dulu di Pulau Mursala. Tiur adalah seorang pecinta alam biota laut yang beberapa kali gagal menjalin cinta. Dia bekerja sendirian untuk melindungi Karang di Laut. Si Tiur menyukai Anggiat, tetapi dia tetap mendukung Anggiat menemukan cara agar Anggiat bisa selalu bersama dengan Clarita.

Ketika Tiur mendapatkan masalah, Anggiat lah yang menolongnya dan menjadi pengacaranya. Lalu tidak berapa lama, Clarita memutuskan untuk kuliah mengambil gelar master ke luar negeri. Anggiat sadar dia memang tidak bisa bersama dengan Clarita. Seiring berjalannya waktu, dia malah semakin dekat dengan paribannya, Tiur.


Film ini cukup menyegarkan mata dengan berbagai keindahan alam Tapanuli Tengah yang disajikan didalamnya dan konflik-konflik di film ini juga tidak terlalu rumit. Film ini cukup menghibur dengan berbagai humor yang ada didalamnya. Akting para pemain juga bagus dengan logat Batak yang tidak terlalu dibuat-buat, hanya saja ada beberapa pemain seperti Clarita yang menurut aku kurang menghayati perannya. Dia berbicara seakan-akan sedang membaca teks.

Kekurangan lainnya dari film ini adalah ending dari film ini gantung. Tidak diceritakan bagaimana akhirnya kisah asmara Anggiat padahal konflik di film ini adalah Anggiat yang bersikeras ingin tetap menikahi Clarita karena dia sangat mencintai Clarita atau bisa dikatakan konflik film ini adalah kisah asmara Anggiat, tetapi di film ini tidak diceritakan akhirnya Anggiat akan menikah dengan paribannya, Clarita atau malah tidak dengan kedua-duanya.

Aku cukup heran ketika film habis tepat pada adegan Anggiat datang mengunjungi Tiur. Aku kira masih akan ada kelanjutan cerita tersebut dan Anggiat akan menikahi Tiur. Tetapi selain bagian endingnya, aku cukup suka dengan film ini. Terlebih karena aku sangat menyukai Rio Dewanto dan sepanjang film dia sanggup buat melting karena banyak pengambilan gambar yang mengambil gambar dia secara close up.

Btw, he’s awesome <3 hahaha


Sekian review filmnya! Semoga bermanfaat bagi yang kepengen nonton film ini.
Ciao! <3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar