Kemarin adalah pertama kalinya aku nonton bareng Yuly dan
kami memutuskan nonton film MURSALA.
Kenapa Mursala? Oke. Sebenarnya aku yang kesibukan minta nonton film ini. Aku
bujuk-bujuk Yuly supaya nonton film ini hehehe
Hanya ada 2 alasan kenapa aku mau nonton film ini. Alasan
pertama dan paling utama adalah: pemeran utamanya RIO DEWANTO. Nonton trailernya
aja udah melting sendiri liat Rio
Dewanto aaaaaah T__T oke lanjut. Alasan kedua adalah: film ini banyak mengambil
lokasi di pulau Sumatera. Film ini mengambil banyak keindahan pemandangan alam
dari Tapanuli Tengah, Sumatera.
Sekilas cerita tentang film ini:
Film ini bercerita
tentang Anggiat Simbolon (Rio Dewanto), seorang anak kampung yang merantau ke kota Jakarta dari
kampungnya di Sorkam, Tapanuli Tengah. Dia menjadi pengacara yang cukup sukses
di Ibukota Negara kita dan namanya sedang melambung tinggi karena dia sedang
membela suatu kasus ‘Pencurian Sandal Jepit’. Namun, itu semua belum sempurna
karena sang ibu menginginkan Anggiat segera menikah.
Di Jakarta
Anggiat telah berpacaran dengan wanita batak lain yang dia cintai yaitu Clarita
Saragih (Anna Sinaga), seorang presenter televisi. Ketika Anggiat
pulang kampung, Anggiat memperkenalkan Clarita kepada keluarganya. Awalnya,
keluarga Anggiat menyukai Clarita yang cantik dan kelihatan pintar.
Namun, masalah
besar muncul karena marga mereka berdua termasuk dalam larangan adat. Mereka
dilarang menikah karena marga Simbolon dan Saragih masih bisa dikatakan adalah
saudara, saudara yang sangat dekat. Dan kita tidak boleh menikahi saudara kita
sendiri. Mereka boleh menikah dan melanggar adat dengan akibat mereka akan
dikeluarkan dari marganya masing-masing dan dianggap bukan keluarga lagi.
Di tengah
kebimbangan, Anggiat bertemu kembali dengan Bonatiur Sinaga (Titi Rajo Bintang), pariban yang
ternyata teman masa kecilnya dulu di Pulau
Mursala. Tiur adalah seorang pecinta alam biota laut yang beberapa kali
gagal menjalin cinta. Dia bekerja sendirian untuk melindungi Karang di Laut. Si
Tiur menyukai Anggiat, tetapi dia tetap mendukung Anggiat menemukan cara agar
Anggiat bisa selalu bersama dengan Clarita.
Ketika Tiur
mendapatkan masalah, Anggiat lah yang menolongnya dan menjadi pengacaranya.
Lalu tidak berapa lama, Clarita memutuskan untuk kuliah mengambil gelar master ke luar negeri. Anggiat sadar dia
memang tidak bisa bersama dengan Clarita. Seiring berjalannya waktu, dia malah
semakin dekat dengan paribannya,
Tiur.
Film ini cukup
menyegarkan mata dengan berbagai keindahan alam Tapanuli Tengah yang disajikan
didalamnya dan konflik-konflik di film ini juga tidak terlalu rumit. Film ini
cukup menghibur dengan berbagai humor yang ada didalamnya. Akting para pemain
juga bagus dengan logat Batak yang tidak terlalu dibuat-buat, hanya saja ada
beberapa pemain seperti Clarita yang menurut aku kurang menghayati perannya.
Dia berbicara seakan-akan sedang membaca teks.
Kekurangan
lainnya dari film ini adalah ending
dari film ini gantung. Tidak diceritakan bagaimana akhirnya kisah asmara
Anggiat padahal konflik di film ini adalah Anggiat yang bersikeras ingin tetap
menikahi Clarita karena dia sangat mencintai Clarita atau bisa dikatakan
konflik film ini adalah kisah asmara Anggiat, tetapi di film ini tidak
diceritakan akhirnya Anggiat akan menikah dengan paribannya, Clarita atau malah tidak dengan kedua-duanya.
Aku cukup heran
ketika film habis tepat pada adegan Anggiat datang mengunjungi Tiur. Aku kira
masih akan ada kelanjutan cerita tersebut dan Anggiat akan menikahi Tiur.
Tetapi selain bagian endingnya, aku
cukup suka dengan film ini. Terlebih karena aku sangat menyukai Rio Dewanto dan
sepanjang film dia sanggup buat melting
karena banyak pengambilan gambar yang mengambil gambar dia secara close up.
Btw, he’s awesome
<3 hahaha
Sekian review filmnya! Semoga bermanfaat bagi
yang kepengen nonton film ini.
Ciao! <3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar